ZWANI.com - The place for myspace comments, glitters, graphics, backgrounds and codes

Wednesday, June 13, 2007

100 Ribu Perawat di RI Nganggur!

Jumlah perawat yang menganggur di Indonesia ternyata cukup mencengangkan. Hingga tahun 2005 mencapai 100 ribu orang. Ini disebabkan rendahnya pertumbuhan rumah sakit dan lemah berbahasa asing.

Padahal setiap tahun, dari 770 sekolah perawat yang ada di Indonesia, lulusannya mencapai 25 ribu perawat.

"Tidak semua lulusan dapat diserap, tempat bekerja terbatas dan pengangkatan PNS juga terbatas," ungkap Staf Ahli Menko Kesra Bidang Kependudukan dan Ketenagakerjaan Arifin Badri.

Arifin mengungkapkan hal itu dalam seminar bertajuk "Perawat Indonesia: Mampukah Mendapat Pengakuan di Mancanegara?" di Kampus STIKES Binawan, Jalan Kalibata, Jakarta, Kamis (22/12).

Ironisnya, data WHO 2005 menunjukkan bahwa dunia justru kekurangan 2 juta perawat, baik di AS, Eropa, Australia dan Timur Tengah. "Jadi ini merupakan peluang emas," katanya.
Namun menurut Rektor STIKES Binawan Azrul Azwar, perawat-perawat Indonesia masih mengalami hambatan untuk bersaing di dunia internasional.

"Hambatan kita yang palig utama adalah bahasa. Kita bersaing dengan perawat-perawat Filipina, India dan Bangladesh yang mampu berbahasa Inggris," katanya.

Karena itu yang diperlukan saat ini adalah terobosan untuk mendapatkan pengakuan dunia internasional, selain peningkatan kualitas SDM dalam kemampuan berbahasa Inggris. Jika hal itu dilakukan, ia optimistis perawat indonesia mampu bersaing dengan perawat asing.
"Perawat kita perlu kesempatan belajar dan bekerja di luar negeri. Dibandingkan perawat Filipina, perawat kita dikenal lebih ramah, sopan dan tidak banyak tuntutan. Perawat kita mampu bersaing dengan mereka," katanya.

Usai seminar, dilepas 53 perawat lulusan STIKES Binawan untuk belajar selama 6 bulan di University of Technology Sidney dan akan bekerja selama 2 tahun di Australia. (dtc)

*Sumber: http://www.waspada.co.id/ (terbit 22 Desember 2005)

Monday, June 11, 2007

PERAWATAN BAYI BARU LAHIR

Merawat bayi gampang-gampang susah. Bukan cuma butuh kesabaran, tapi perlu pengetahuan tentang perawatan yang benar.

Tabloid nakita kembali menggelar Konsultasi Ahli. Kali ini mengenai "Perawatan Bayi Baru Lahir", dengan pakarnya, dr. Eric Gultom, Sp.A dari Subbagian Neonatologi RSUPN Cipto Mangunkusumo, Jakarta. Nah, berikut ini sejumlah pertanyaan yang diutarakan para ibu dan calon ibu dalam kesempatan tersebut.

Berapa lama tali pusat akan lepas? Apa yang harus dilakukan sebelum lepas?
Ada tali pusat yang lepas dalam waktu 5 hari, 7 hari, bahkan dua minggu. Perawatannya sangat sederhana. Mandikan bayi, gosok tali pusat dengan sabun. Keringkan dan bersihkan dengan alkohol 70 persen. Biarkan dalam keadaan terbuka, tak usah dibungkus-bungkus, kecuali infeksi. Jadi, jangan dipakaikan bedak, abu gosok atau dikunyahin sirih dan sebagainya. Nanti malah jadi tetanus dan sarang kuman.
Penggunaan antiseptik pun tak lagi dianjurkan, karena ada kandungan yodium. Kalau pemberiannya berlebihan menyebabkan gangguan terhadap pertumbuhan gondoknya. Pemakaian alkohol pun hanya digunakan sesudah mandi pagi dan sore.

Betulkah minyak kayu putih tak boleh diberikan sebelum anak usia 3 tahun?
Pemberian minyak kayu putih pada usia berapa saja tak masalah. Hanya ada dua faktor; seberapa besar konsentrasinya dan seberapa iritatif serta sensitif kulit si bayi. Tentunya konsentrasi minyak kayu putih yang asli, misal, dari Ambon, akan berbeda dengan yang sudah campuran. Yang asli akan terasa makin pedas. Faktor iritasi yang ditimbulkan pun berbeda. Semakin asli semakin beruntusan kulitnya.
Jadi, tak ada larangan orang tua memakaikan minyak kayu putih pada bayinya, tergantung seberapa iritatif dan sensitif kulitnya. Apalagi pori-pori kulit bayi lebih kecil dibanding pori-pori orang dewasa. Pori-pori ini digunakan untuk pernapasan kulit. Jika pori-pori tertutup dengan minyak, tak terjadi pernapasan kulit. Akibatnya, kulit jadi kemerahan. Solusinya, tak usah diberi obat macam-macam. Mandikan saja dan dikeringkan.

Bagaimana dengan pemberian bedak pada bayi?
Sebetulnya di Indonesia tak perlu penggunaan bedak, baby oil, baby lotion, dan segala macam. Sebab, tingkat kelembabannya tinggi, hingga permukaan kulit tak pernah kering.
Praktek lain yang salah tentang bedak yaitu digunakan untuk membersihkan bekas kencing atau daerah-daerah yang basah karena keringat. Padahal, campuran bedak dan keringat adalah media yang baik untuk tumbuh kuman. Sementara permukaan kulit sendiri sudah penuh kuman. Itu sebab, bila tak mandi, terjadi pembusukan oleh bakteri yang ada di permukaan kulit.

Apalagi di lipatan-lipatan seperti leher, selangkangan, yang lebih cepat terjadi pembusukan.
Memang tak menyebabkan kematian, tapi banyak beruntusan, dan kadang ada nanah-nanah kecil di lipatan seperti leher. Solusinya, bayi dimandikan. Jangan pakai air panas, kecuali di daerah yang dingin sekali. Pakailah sabun bayi atau sabun khusus, selain untuk membersihkan juga menghambat tumbuhnya kolonisasi kuman.

Bolehkah pemberian minyak kelapa pada biang keringat?
Tidak, karena akan menutup pori-porinya.

Berapa kali bayi buang air besar dalam sehari?
Bila bayi minum ASI, BAB-nya bisa 12-15 kali dalam sehari. Bahkan, kadang sambil menyusu pun ia BAB, karena enzim pencernaannya belum bekerja baik, gerakan peristaltik ususnya bekerja terus dan lebih hebat, hingga waktu menyusu dia langsung BAB otomatis saja. Semakin berjalannya waktu, enzimnya semakin sempurna, ASI-nya makin bisa ditahan untuk diserap dulu dan sisanya baru dibuang. Jadi, bayi sering BAB bukan mencret, mau pintar atau ngenteng-ngentengin badan.

Bagaimana kalau bayi diare?
Kalau mencret pasti ada lendir dan darah, jadi ada luka. Di bawah usia sebulan, mencret pada bayi adalah tanda infeksi. Ibu harus hati-hati. Sebelumnya bayi kelihatan tak mau minum, rewel dan menangis. Anak yang diare harus minum obat. Selama bayinya tak muntah, pemberian ASI bisa menolong.

Bolehkah bayi tidur di ruang ber-AC?
Tak apa-apa, misal, dengan suhu 24-23 derajat Celcius atau bahkan 16 derajat Celcius, tak masalah. Kalau ibu merasa mungkin bayinya kedinginan, bisa diselimuti. Pemakaian kipas angin pun boleh.

Benarkah bayi menangis berarti melatih paru-parunya?
Bayi menangis karena ada sesuatu seperti kaget, kolik. Jadi, tak ada hubungannya dengan latihan paru-paru. Malah kalau terlalu banyak menangis akan buang energi dan si bayi jadi lemas.

Bagaimana mengatasi bayi kembung? Perlukah pemakaian minyak telon?
Bayi ditelungkupkan/ditengkurapkan. Kalau banyak angin di perutnya, akan keluar kentut. Sebab, dengan ditelungkupkan, gas di perut akan mencari tempat yang lebih tinggi untuk kemudian keluar.
Pemakaian minyak telon jika berdasarkan keyakinan ibu tak apa-apa, maka silakan. Asal tahu, minyak telon bisa menyebabkan kulit bayi merah-merah, meski tak membahayakan. Tapi memang itu sifatnya iritasi.

Bagaimana membersihkan alat kelaminnya?
Bersihkan dengan cebok dan pakai sabun. Saat mandi, bayi laki-laki bagian kulupnya ditarik dan dibersihkan pakai sabun, karena banyak sisa-sisa kencing. Apalagi bila pakai pampers. Bisa juga membersihkannya sehabis pipis, bayi dipegangi di wastafel, bersihkan bekas pipisnya dengan air keran yang mengalir, pakaikan sabun, keringkan dan pakaikan celana pendek.

Bolehkah bayi diurut?
Tidak, karena tak ada gunanya. Kalau bayinya jatuh, tampak kesakitan dan tak bisa diam atau nangis-nangis, maka rontgen saja, tak usah diurut-urut.
Berat badan saya naiknya banyak, bolehkah setelah melahirkan saya diet?
Selama hamil, kenaikan berat badan memang harus diatur agar jangan jadi darah tinggi. Tapi, kalau selama menyusui sebaiknya tidak diet karena nanti ASI-nya jadi tak banyak. Kalau sudah selesai masa menyusui, silakan.

Sumber: www.tabloid-nakita.com

Awas, Congek Bisa Mematikan

Infeksi gendang telinga atau yang biasa disebut congek, bila dibiarkan, ternyata dapat mengakibatkan kematian. Sekitar 60 persen penderita congek di Indonesia hanya bisa ditolong dengan operasi. JANGAN remehkan penyakit congek. Penyakit telinga berair (otitis media supuratif kronis) ini ternyata bukan hanya sekadar mengganggu pendengaran. Congek yang kronis bisa pula mengundang maut.

Di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta, selama sepuluh tahun terakhir ini tercatat 3-7 orang meninggal setiap tahun gara-gara congek. Kematian itu bisa terjadi karena kuman yang menggerogoti telinga merambah ke bagian otak dan menimbulkan radang selaput otak.

Di Indonesia memang tidak ada data lengkap yang bisa mengungkap angka kematian yang disebabkan oleh penyakit congek. Namun, dengan jumlah penderitanya yang cukup besar, mungkin saja kasus kematian yang terjadi lebih besar daripada yang tercatat di satu-dua rumah sakit besar.

Survei kesehatan di Indonesia yang meliputi tujuh provinsi pada 1994-1996 menunjukkan bahwa angka penderita penyakit ini 3,8 persen dari total populasi. Jadi, penderita congek—umumnya berusia 10-30 tahun—di Indonesia sekitar 8 juta orang. Dari 8 juta itu, sekitar 60 persen diperkirakan menderita infeksi gendang telinga yang sudah parah sehingga hanya bisa ditolong dengan operasi. Hal itu menjadi problem tersendiri, baik bagi penderita maupun bagi para dokter.

Tak banyak ahli yang menanganinya. Di negara dengan 13 ribu pulau yang berpenduduk lebih dari 200 juta ini hanya ada 500 orang dokter ahli telinga-hidung-tenggorokan (THT). Itu pun 130 orang di antaranya menumpuk di Jakarta. Karena itu, relevan bila Bagian THT Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dan RSCM menyelenggarakan simposium bertema "Timpanoplasti dan Kursus Disleksi Tulang Tempora" di Hotel Santika, Jakarta, akhir September lalu.

Simposium ini disertai peragaan cara operasi terbaru timpanoplasti. Melalui simposium ini diharapkan para dokter ahli THT lebih baik dalam memberikan terapi dan lebih tepat dalam memutuskan apakah congek hanya perlu diobati atau harus dioperasi. Penyakit telinga ini biasanya mulai terjadi pada anak-anak.

Penyebabnya bisa berbagai macam. Pada anak-anak yang menetek susu ibu sambil berbaring, sementara ibunya pun berbaring, kupingnya sering terserang infeksi. Soalnya, bisa saja tanpa disadari air susu ibu mengalir ke lubang telinga si bayi. Genangan susu itu akhirnya mengundang hadirnya kuman dan menyebabkan gendang telinga terserang infeksi.

Kaum dewasa pun bisa terserang congek bila tak awas dalam memperlakukan indra pendengaran mereka, misalnya mengorek-ngorek telinga terlalu dalam hingga gendang kuping pecah. Namun, anak-anak memang lebih mudah menderita congek. Penyebabnya, hubungan hidung, telinga, dan tenggorokan yang biasa disebut tuba eustachii pada anak-anak berbeda dengan orang dewasa.

Saluran tuba eustachii pada anak-anak dan bayi lebih pendek dan lebar, sementara posisinya mendatar antara tenggorokan dan kuping. Akibatnya, kuman setiap saat bisa masuk ke kuping, terutama bila mereka sedang terserang batuk ataupun pilek atau ketika berenang. Bentuk infeksi telinga pada anak-anak biasanya akut. Gejalanya berupa badan kejang-kejang atau panas-dingin.

Bila gejala itu ditangani dengan tuntas, anak akan sembuh sempurna. Ini berbeda dengan congek kronis yang tak disertai gejala panas atau demam. Pada yang kronis, telinga hanya mengeluarkan air atau nanah, yang berhenti bila diberi obat. Namun, bila penderita mandi atau masuk ke air, penyakitnya kumat lagi. Bila telinga yang terserang congek kronis tidak juga menjadi jos setelah pengobatan dua bulan, dengan ditandai luka di gendang telinga yang tidak mampat, "Operasi sebaiknya dilakukan," kata Dokter Helmi, salah satu pembicara simposium.

Congek yang sudah kronis itu biasanya ditandai dengan bisul di belakang daun telinga atau di liangnya, atau nanah yang keluar dari lubang telinga. "Bila tanda-tanda stadium lanjut itu terlihat, dokter-dokter di daerah sebaiknya cepat merujuk pasiennya ke rumah sakit yang memiliki dokter spesialis THT," kata Dokter Zainul A. Djafaar, ahli THT dari RSCM, yang menjadi ketua panitia simposium itu.

Ada dua jenis operasi untuk penyakit telinga ini. Bila tujuan operasi hanya untuk menyembuhkan penyakit dan mencegah komplikasi, operasi mastoidtomi radikal bisa dilakukan. Operasi ini tidak membangun kembali gendang telinga secara lengkap karena memang tak bertujuan memperbaiki pendengaran. Sebagian besar operasi dengan cara ini biasanya tidak tuntas.

Soalnya, setelah operasi, cairan dari dalam telinga masih mungkin meleleh lagi. Bila penyakit mencapai stadium kronis jenis jinak, menurut Helmi, kombinasi operasi mastoidtomi simpel dan timpanoplasti bisa dipakai. Operasi ini berupa pembersihan infeksi dan rekonstruksi kerusakannya. Target operasi ini untuk memperoleh gendang telinga secara utuh dengan sistem penghantaran suara yang baik.

Dalam operasi, ada rambu-rambu yang mesti diperhatikan. Anak berusia di bawah 9 tahun sebaiknya tidak dioperasi, kecuali bila infeksi itu sudah sedemikian parah. Operasi pada usia dini itu sangat berisiko gagal karena infeksi jalan napas atas (hidung), juga pilek dan batuk, sering mengganggu jalan operasi.

Operasi ini pun diasumsikan untuk penderita yang tidak mengidap penyakit lain, misalnya tumor dan kencing manis. Selain itu, operasi ini tidak bisa dikerjakan oleh dokter umum karena membutuhkan suatu peralatan yang rumit, seperti mikroskop, alat-alat bedah yang serba mungil, dan tentu keahlian seorang dokter spesialis.

Kelik M. Nugroho, Mustafa Ismail
sumber: http://www.pdat.co.id/klinik/

Congek

Penyakit Congek cukup membahayakan terutama bagi anak-anak. Berikut saya upload tulisan tentang congek yang saya ambil dari sutus http://www.tabloidnova.com/articles.asp?id=597. Semoga bermanfaat.

Asuhan: Dr. Waldi Nurhamzah, Sp.AAlamatkan surat(lengkap dengan fotokopi KTP) ke Redaksi NOVA, Tuliskan "Rubrik Tanya Jawab Anak" pada amplop.

Dokter Waldi yang terhormat,Saya mempunyai anak lelaki berusia 4 tahun, berat badan waktu lahir 3,4 kg, panjang 47 cm, dan lahir normal. Di usia 7 bulan, anak saya mengalami gangguan telinga. Jika suhu badannya naik, telinganya mengeluarkan cairan semacam congek. Ibu saya sudah membawanya ke dokter, dan dokter tersebut memberi obat tetes.

Selama pengobatan, memang cairan itu berhenti dan mengering, tetapi jika habis obatnya dan dia demam/sakit, cairan itu muncul kembali. Terus terang, saya bingung dan khawatir, Dok. Apa sebetulnya penyebab semua itu? Saya merasa malu dan sedih kalau ada tetangga atau anak sebayanya mengolok-olok. Upaya apa lagi yang harus saya lakukan? Bagaimana cara penyembuhannya? Saya takut penyakit ini bawaan dari lahir. Mohon Dokter sudi menjawab semua pertanyaan serta membalas melalui surat saja.
Ny. Dewi - U.A.E


Ibu Dewi di Timur Tengah,Jauh nian berada. Memang NOVA sampai sini juga, ya? Atau Ibu baca di internet? Bagaimana kabar perang di dekat ibu? Kedengaran suara bomnya? Sayang tak mungkin saya membalasnya lewat surat langsung. Bukan lantaran kekurangan perangko (yang memang mahal), atau takut bom, tetapi bukan kelaziman saya membalas surat tanpa lewat NOVA.

Tidak jelas apakah ibu Anda tinggal di Indonesia atau bersama Anda. Kenapa tidak beliau tanyakan kepada dokter yang merawat cucunya akan telinganya ini? Gangguan komunikasikah (bahasa) yang membuat semuanya tidak jelas? Di negeri Indonesia, walaupun tidak ada gangguan berbahasa, masih ada (banyak?) orang tua yang tidak pernah mengerti apa penyakit anaknya, kok.Penyakit telinga yang mengeluarkan cairan berwarna putih kekuningan mirip ingus itu biasanya dikenal sebagai otitis media. Di Barat, sering keadaan ini dikenal sebagai glue ear.

Bagi pembaca yang senang berkelana di dunia maya (internet), silakan gunakan kata kunci glue ear itu untuk mendapat informasi tambahan selain yang saya sampaikan ini.

Cerita pendek di bawah ini mungkin bisa menambah informasi. Telinga dibagi atas tiga ruang, yakni ruang telinga luar, telinga tengah dan telinga dalam. Batas antara ruang telinga luar dan tengah adalah gendang telinga. Ruang telinga tengah berisi beberapa tulang super-mini yang meneruskan getaran yang diperoleh gendang telinga ke sistem sensor yang terdapat di telinga dalam. Ruang ini juga berhubungan dengan bagian belakang hidung/mulut kita lewat suatu terowongan kecil.

Salah satu fungsi terowongan ini adalah sebagai penghubung udara antara rongga telinga tengah dan dunia luar (lewat hidung). Pilek biasanya bisa menjadi awal mula masalah. Peradangan (apapun sebabnya, infeksi atau alergi) di hidung, bila menjalar sampai ke belakang, akan mencapai terowongan tadi. Terjadi proses di telinga tengah sebagai lanjutannya dan akhirnya menumpuklah cairan yang bisa mengandung kuman di telinga tengah tersebut. Cairan yang menumpuk dan tak bisa mengalir ini akan mendorong gendang telinga.

Pada saat ini, anak akan panas tinggi dan merasakan sakit pada telinganya. Karena tekanan yang makin besar, akhirnya cairan tersebut menjebol gendang telinga, dan keluar dari liang telinga. Anak merasa lega, panas turun, tetapi sayangnya masalah belum beres.Upaya penanganannya ada beberapa macam. Yang paling baik tentu saja jangan sampai terowongan itu bermasalah, atau lebih konkrit lagi, jangan sampai hidungnya bermasalah. Tapi bagaimana mencegah anak agar tidak pilek? Kan, tak mungkin juga? Untungnya, tak semua anak pilek akan membawa masalah ke terowongan tersebut.

Namun, andaikata terowongan tersebut jadi korban, bagaimana agar telinga tengah tidak ketularan? Ini juga sulit mengantisipasinya. Maka, kalau toh telinga tengah tersambar juga, maka jangan sampai terjadi cairan yang menjebol gendang telinganya. Gendang telinga yang robek akan sulit pulih seperti sediakala, sama halnya seperti baju kita yang robek. Tapi baju yang kita gunting dengan baik tentu akan mudah menutupnya.

Demikian juga dengan nasib gendang itu. Cara yang paling baik adalah menusuk gendang telinga itu dengan alat khusus, sehingga bila proses peradangan itu telah membaik, maka gendang telinga dapat pulih tertutup sebagai semula. Perbaikan untuk rongga telinga tengah yang meradang ada beberapa langkah. Liang telinga harus dibersihkan dulu dengan cairan tertentu agar bebas dari nanah atau cairan kotor yang menggenanginya.

Kalau dokter tidak punya alat untuk mengisap cairan tersebut, dokter bisanya menyarankan untuk menggunakan larutan H2O2 3 persen. Sayangnya, larutan ini tidak bisa disimpan lama. Ia akan menjadi air biasa (H2O) bila kelamaan disimpan. Liang dicuci berkali-kali dengan larutan ini, dan kotoran akan terangkut keluar melalui busa-busa gas yang terjadi tatkala cairan ini bersentuhan dengan kotoran-kotoran tersebut. Setelah dianggap bersih, barulah tetesan antibiotika diberikan ke dalam liang telinga.

Hal ini dilakukan beberapa kali sehari selama 5 - 7 hari. Kadangkala juga ditambahkan obat yang harus ditelan untuk melegakan terowongan dan menurunkan panas.Robekan yang bagus di gendang telinga akan menutup dengan baik beberapa hari kemudian, tetapi robekan yang jelek (akibat jebol tanpa rencana) biasanya akan meninggalkan lubang (perforasi) yang tidak dapat menutup.

Lubang model begini dapat membuat masalah di kemudian hari, karena cairan dari luar (saat berenang, mandi, kecemplung kolam) akan dapat mencapai ruang telinga-tengah tanpa halangan. Bisa jadi perlu gendang buatan untuk menambalnya kelak. Bagi anak yang memang sering mengeluarkan cairan begituan, dokter adakalanya terpaksa harus memasang lubang khusus sementara di gendang telinganya, untuk setelah beberapa waktu akan dicopot kembali.

Pada sebagian besar kasus dalam waktu beberapa tahun, otitis media ini akan mereda dengan sendirinya, tetapi ada pula yang menahun dan menimbulkan komplikasi (termasuk ketulian). Usia empat tahun tentunya tidak terlalu sulit bagi dokter untuk melongok liang dan mengamati gendang telinganya.

Kalau memang gendang telinganya meradang dan mencembung, tiba saatnya untuk melubanginya agar cairan bisa terbebaskan dengan baik, bisa dengan irisan atau memasang lubang khusus. Tidak semua dokter punya alat untuk melongok liang telinganya dengan jelas, atau memiliki alat pelubang untuk gendang telinga.
Namun, saya yakin setiap dokter telinga memilikinya. Kalau berkali-kali terjadi di telinga yang sama, sangat mungkin perawatan menjadi lebih sulit sebab dapat timbul hal-hal yang mengganggu tumbuh kembangnya kelak, seperti gangguan pendengaran atau bahkan perluasan penyakit ke tempat lainnya.

Sunday, June 10, 2007